Halaman

Perkembangan harga hari ini

Selasa, 07 Februari 2012

Petani Tua Dan Pohon Durian-nya…


Oleh Muhaimin Iqbal   
Rabu, 08 February 2012 09:02
Seorang petani tua dengan susah payah mencangkuli tanah di halaman rumahnya untuk membuat lubang.  Orang-orang yang lewat, sebagian besar hanya untuk basa-basi, tetapi ada yang memang  serius bertanya : “lagi membuat apa pak ?”. Si petani menjawab : “Ini, lagi pingin menanam durian !”. Si penanya menjadi penasaran, bertanya lagi : “Durian kan perlu waktu lama untuk berbuah ?” , petani tua tersebut maklum dengan pertanyaan ini - dalam benaknya dia menebak si penanya pasti mengira bahwa dia menanam durian ini untuk dirinya sendiri - dengan usia yang dimiliki si petani,  dia sadar bawa kecil kemungkinannya dia bisa menikmati buah durian yang dia tanam tersebut.


Lantas dia menjawab “begini, sampai setua ini – aku menggemari buah durian, tetapi semua durian yang aku makan selama ini adalah hasil tanaman orang lain.  Maka kini giliranku untuk menanam durian, agar orang lain nantinya bisa memakan durian hasil dari tanamanku ini !”.

Petani tua tersebut adalah representasi dari kita semua. Banyak sekali kenikmatan dan kemudahan hidup yang kita nikmati, tanpa kita pernah sadari siapa-siapa yang dijadikan oleh Sang Pencipta  untuk mengantarkan kemudahan dan kenikmatan hidup itu sampai ke kita ?.

Siapa yang menanam padi yang kemudian menjadi nasi yang kita makan ?, siapa yang mengambil air bersih, memurnikannya dan membotolkannya untuk kita minum ?. Siapa yang membuat roda itu bulat, yang dengannya kita bisa bepergian cepat kemana saja tanpa susah payah ?. dlsb.dlsb.

Seperti petani tua tersebut, selama ini kita menikmati ‘durian’ hasil tanaman orang lain, lantas kapan kita menanam ‘durian’ untuk dinikmati orang lain ?.

Itulah esensinya seorang entrepreneur.  Dari waktu ke waktu dia berpikir keras untuk menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan pasar. Dia mencari solusi atas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Dia ‘mencangkul dengan susah payah’ untuk mempersiapkan ‘tanaman’ dari produk atau solusi yang digagasnya. Dia menanggung risiko bahwa tidak semua ‘tanaman’ yang ditanamnya dengan susah payah tersebut akhirnya bener-bener hidup dan menghasilkan buah yang diharapkannya.

Karena sedikitnya orang yang ‘menanam’ di negeri yang berpenduduk sekitar 240 juta ini, maka kita menjadi pasar bagi penduduk di negeri lain yang rajin ‘menanam’-nya. Kita menjadinet importer untuk sejumlah komoditi pangan sehari-hari kita seperti gula, susu, daging, gandum dan bahkan juga kadang beras dan garam !.

Juga untuk kebutuhan sekunder atau bahkan tersier seperti alat-alat telekomunikasi, transportasi, entertainment dlsb. kita juga menjadi pasar yang empuk bagi para ‘penanam’ dari negeri-negeri lain.

Maka seharusnya kita seperti petani tua tersebut diatas, selama ini kita sudah terlalu banyak ‘makan durian’ tetapi bukan dari hasil jerih payah kita menanam – ‘durian’ hasil tanaman orang lain yang kita makan.

Kini waktunya kita menanam ‘durian-durian’ tersebut untuk kita makan sendiri ataupun agar orang lain nantinya bisa makan ‘durian-durian’ kita. ‘Durian-durian’ yang menjadi peluang kita untuk ‘menanam’-nya ini dapat berupa :

·       Pendidikan yang bagus untuk anak cucu kita agar nantinya umat ini menjadi umat yang unggul, yang  memberi manfaat untuk orang lain dan bukan menjadi beban bagi orang lain…
·       Menanam betulan untuk produk-produk pertanian dan peternakan unggul, agar umat ini dapat mandiri dalam hal kebutuhan pokoknya yaitu pangan…
·       Mengembangkan dan memproduksi produk-produk yang ramah lingkungan agar generasi yang akan datang tetap dapat menghirup udara bersih dan memperoleh air yang tetap layak minum…
·       Mengimplementasikan system hukum yang adil agar perbuatan yang benar yang terlindungi, bukan yang membayar yang terlindungi…
·       Mengembangkan temuan-temuan teknologi, agar hidup umat menjadi lebih berkwalitas – dan bukan menjadi sasaran eksploitasi umat lain yang menemukan dan mengembangkan teknologi lebih unggul…
·       Dlsb.dlsb.

Dibandingkan umat lain yang ‘menanam’ hanya untuk tujuan komersial, sesungguhnya kita mestinya lebih rajin menanam dalam arti yang sesungguhnya – karena kita tetap diperintahkan menanam ketika  proses kiamat telah mulai – artinya menanam ini pekerjaan yang valid sampai hari kiamat.

Dalam arti kiasan, ‘menanam’ untuk memenuhi kebutuhan saudara-saudara kita yang lain – kebutuhan apa saja yang baik , juga sangat didorong untuk dilakukan oleh umat ini. Dalam sahih Bukhari, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak di dzaliminya dan tidak menyerahkannya kepada musuh, barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya”.

Saudara-saudara muslim kita sekarang banyak yang lagi terdzalimi dalam bentuk harus memenuhi kebutuhannya dengan mahal dan bahkan sebagiannya tidak terjangkau, sebagian yang lain di-‘serahkan’- ke musuh dalam arti harfiah dan lebih banyak lagi dalam arti kiasan, maka mengapa tidak kita mulai mau dengan susah payah ‘mencangkul’ untuk menanam ‘durian’ dalam berbagai bentuknya yang dibutuhkan oleh saudara-saudara kita ?. Dengan ‘menanam’ tersebutlah insyaAllah kita juga bisa berharap pada janji Allah, bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan kita !.  Amin.

Lokasi Kantor