Halaman

Perkembangan harga hari ini

Minggu, 20 November 2016

Kembali Ke Pasar

Seperti tiga kuda pacu yang sedang berlaga di arena balap, bila yang satu di depan – yang dua pasti di belakangnya. Tiga kuda itu bernama riba, jual beli dan sedekah. Memang kita yang hidup di jaman ini sedang menyaksikan ‘kuda riba’ lagi melaju dengan sangat kencang di depan, dua kuda lainnya yaitu  ‘kuda jual beli’ dan ‘kuda sedekah’ tertinggal jauh di belakang. Tetapi tidak ada jalan lain untuk mengalahkan ‘kuda riba’ selain memacu sekuat tenaga ‘kuda jual beli’ dan ‘kuda sedekah’ agar segera bisa mengalahkannya. Bagaimana caranya ? 


Bahwa lawan riba itu hanya ada dua yaitu jual beli dan sedekeh – itu Allah yang memberi tahu kita di Al-Qur’an melalui Surat Al-Baqaarah 275-276. Dan keduanya dicontohkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama para sahabat beliau sejak awal sekali pembentukan negeri Madinah.

Untuk menggalakkan jual beli, dibutuhkan pasar – maka inilah yang juga dicontohkan oleh contoh terbaik kita – uswatun hasanah – tersebut. Tetapi pasar bagi kaum muslimin – yang diatur dengan syariat-syariat pasar seperti falaayuntaqoshonna  walaayudrobanna, tidak dipersempit dan tidak dibebani  - tidak akan terbentuk dengan mudah bila tidak terbentuk lebih dahulu kehidupan berjamaah dari umat ini.

Sedangkan kehidupan berjama’ah tidak bisa terbentuk kecuali dengan kesatuan iman, karena hanya dengan iman itulah hati-hati ini bisa dipersatukan. Tanpa adanya iman, dari luarnya saja kita nampak bersatu – tetapi bila ada kesempatan akan saling mengkhianati.


Urutan pasar : Iman - Jamaah - Pasar - Kemakmuran
Maka seperti sebuah cyclone, mata atau pusat dari cyclone tersebut adalah iman. Iman inilah yang akan menarik objek-objek disekitarya bergabung – itulah umat yang berjamaah. Umat yang berjamaah akan selalu berusaha mengatasi masalah dan kebutuhannya bersama-sama, dan untuk pemenuhan kebutuhan inilah dibutuhkan pasar.


Pasar yang berputar dengan kencang akan menarik lagi objek-objek sekelilingnya yang lebih luas – itulah produksi. Pasar itu seperti lokomotif, setelah ada lokomotif, gerbong (produksi) apa saja bisa dicantolkan beriringan di belakang lokomotif tersebut.

Dari kombinasi antara pasar yang terbuka dan berputar dengan baik, produksi yang terus meningkatkan nilai tambah dari bahan-bahan di sekitar kita – itulah kemakmuran akan tercipta.

Tetapi kemakmuran ini belum akan merata bila hanya diikuti oleh jamaah yang bisa berjualan di pasar dan jamaah yang bisa memproduksi sesuatu. Akan tetap ada golongan dhuafa – karena itu sudah sunatullah segala sesuatu berpasang-pasangan, ada yang kaya dan ada yang miskin.

Pasar yang terbuka – yang bisa diakses oleh siapa saja – penjabaran dari larangan dipersempitnya pasar (falaayuntaqoshonna), akan dapat menghilangkan kemiskinan sistematis – sehingga kemiskinan yang tersisa memang benar-benar kemiskinan kaum dhuafa, yaitu orang-orang yang lemah karena usia, kesehatan, janda-janda yang tidak ada yang menanggungnya dlsb.

Sedekah baik yang wajib (zakat) maupun yang sunnah menjadi mutlak juga ikut berpacu mengalahkan ‘kuda riba’ tersebut di atas. Bila orang-orang yang kaya kurang peduli dengan kaum dhuafa ini, maka yang terjadi adalah mereka kaum duafa justru menjadi sasaran empuk para rentenir yang akan semakin memiskinkan mereka.

Maka inilah jalan umat ini untuk mengalahkan ‘kuda riba’ yang sedang berlari sangat kencang itu, yaitu dengan sekuat tenaga memacu ‘kuda jual-beli’ kita di pasar-pasar yang dibentuk oleh jama’ah. Sedangkan jam’ah hanya terbentuk melalui kesatuan iman. Itulah sebabnya hanya orang-orang yang beriman yang bisa meninggalkan riba.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 2:278)

Nampak jelas sekali bahwa urutannya harus benar Iman dahulu, kemudian lahir kesatuan hati yang membentuk jama’ah dan baru saat itulah pasar dengan sistem Islam itu akan bisa terbentuk. Dan ini bukan hanya teori !

Sejak lima tahun lalu kami sudah gencar memperkenalkan pasar Islam ini yang waktu itu kami perkenalkan dengan nama Bazaar Madinah – yang secara fisik contohnya hadir di Depok. Namun pasar ini belum berjalan dengan baik, apa sebabnya ? waktu itu belum terbentuk jam’ah yang solid di sekitar pasar itu berada.

Bukankah Bazaar Madinah juga hadir di lingkungan kaum muslimin ? betul, tetapi hati kaum muslimin ini belum dipersatukan dengan iman. Hati kita masih tecerai berai dengan berbagai madzab pemikiran, pilihan politik dlsb.

Lalu qodarullah semata, Bazaar Madinah lokasi fisiknya dibutuhkan untuk pembinaan iman anak-anak kita sejak kecil – yaitu untuk Kuttab Al-Fatih. Di Kuttab Al-Fatih kami mengajarkan iman sebelum Al-Qur’an, ketika anak-anak belajar Al-Qur’an imannya terus bertambah.

Anak-anak yang imannya melaju dengan cepat ini ternyata berdampak luas terhadap para orang tuanya, banyak orang tua yang kemudian risih dengan pekerjaan lamanya yang masih bersinggungan dengan riba dan riswah – karena faktor dari anaknya ini.

Tidak semua orang tua siap menjawab dengan jujur misalnya ketika anaknya menjelang makan bersama bertanya kepada ayah-bundanya begini : “Ayah, bunda !, apakah Ayah Bunda yakin kalau yang akan saya makan ini halal ?”.

Dari kalangan orang tua yang concern dengan sumber-sumber rezeki yang halal inilah kemudian konsep pasar Islam yang dahulu sempat gagal lepas landas – kini Alhamdulillah hadir kembali dengan nama Bazaar Al-Fatih. Di Bazaar inilah keluarga besar kita saling berjual beli dan mendorong produksi.

Jadi tugas kita adalah menghadirkan dahulu yang hak, karena hanya dengan kehadiran yang hak inilah yang batil akan dengan sendirinya pasti musnah. Sebaliknya kita tidak akan bisa menghilangkan yang batil, bila kita belum menghadirkan dahulu yang hak – bila kita paksakan, justru kekacauan yang akan terjadi. Maka inilah fokus kita, hadirkanlah yang hak di pasar untuk jual beli, tingkatkan sedekah – bersamaan dengan itu riba akan musnah dengan sendirinya sesuai janji Allah.

Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti musnah.” (QS 17:81)

Lokasi Kantor